

Pura Uluwatu
Pura Uluwatu adalah salah satu destinasi wisata paling terkenal di Bali yang terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Lokasinya sekitar 30 kilometer dari pusat kota Denpasar, menjadikannya cukup mudah dijangkau oleh wisatawan. Pura Luhur Uluwatu ini merupakan salah satu dari enam Pura Sad Kahyangan, yaitu pura-pura yang dianggap memiliki kekuatan spiritual yang sangat penting bagi umat Hindu Bali. Selain sebagai tempat ibadah, Pura Uluwatu juga menjadi objek wisata yang sangat populer di Bali.
Keindahan alam sekitar pura menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Pura ini dibangun di atas tebing tinggi yang menghadap langsung ke Samudra Hindia, memberikan pemandangan laut yang menakjubkan. Salah satu momen paling dinantikan oleh para wisatawan adalah saat matahari terbenam. Pemandangan matahari tenggelam dengan latar belakang pura yang megah dan lautan yang luas menciptakan suasana yang sangat memukau dan menenangkan. Pura Uluwatu menawarkan pengalaman yang sangat istimewa bagi mereka yang mencintai keindahan alam, terutama bagi pecinta fotografi dan para pencari ketenangan. Selain itu, para pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan tari Kecak yang diadakan di area dekat pura, menambah daya tarik tempat ini sebagai tujuan wisata spiritual dan alam yang mempesona.
Nama "Uluwatu" berasal dari dua kata dalam bahasa Bali, yaitu "Ulu" yang berarti "ujung" atau "puncak," dan "Watu" yang berarti "batu," sehingga secara harfiah Pura Uluwatu dapat diartikan sebagai tempat suci yang dibangun di atas batu karang. Pura ini terletak di ujung barat daya Bali dan didedikasikan untuk memuja Batara Siwa Rudra, salah satu manifestasi Tuhan dalam agama Hindu. Pura ini merupakan salah satu pura kuno yang ada di Bali, dan meskipun tanggal pastinya tidak diketahui, sejarah pembangunan Pura Uluwatu diperkirakan bermula pada abad ke-9, pada masa pemerintahan Sri Msula-Masuli. Sebagian besar sejarawan percaya bahwa pura ini dibangun oleh seorang pendeta bernama Mpu Kuturan, yang juga dikenal dengan nama Mpu Rajacreta.
Terdapat dua pandangan berbeda mengenai sejarah pendirian Pura Uluwatu. Pendapat pertama menyebutkan bahwa Pura Uluwatu didirikan oleh Mpu Kuturan pada abad ke-9 Masehi, saat pemerintahan Raja Marakata. Mpu Kuturan dikenal sebagai seorang pendeta Buddha asal Jawa Timur yang datang ke Bali untuk menyebarkan ajaran agama dan dharma. Beliau juga berperan penting dalam mempersatukan berbagai aliran agama di Bali, yang akhirnya menghasilkan konsep Pura Kahyangan Tiga, yakni penyatuan manifestasi Tuhan sebagai Tri Murti. Peninggalan arkeologis di Pura Uluwatu, seperti candi kurung dan kori gelung agung yang ada di halaman pura, menunjukkan bahwa pura ini sudah ada sebelum kedatangan Mpu Kuturan ke Bali. Meskipun begitu, tidak ditemukan prasasti yang menyebutkan secara pasti tahun berdirinya pura ini.
Pendapat kedua mengemukakan bahwa Pura Uluwatu dibangun oleh Dang Hyang Nirartha, seorang pendeta yang datang ke Bali dari Jawa pada masa pemerintahan Raja Gelgel, Dalem Waturenggong. Diperkirakan Dang Hyang Nirartha datang ke Bali pada tahun 1489 Masehi untuk menjalankan dharmayatra (perjalanan spiritual). Selama masa tugasnya, beliau membangun berbagai pura di seluruh Bali, termasuk Pura Uluwatu yang terletak di Bukit Pecatu. Setelah menyelesaikan perjalanan spiritualnya, Dang Hyang Nirartha kembali ke Pura Uluwatu dan menerima wahyu, kemudian beliau moksa, meninggalkan kehidupan duniawi dan memasuki surga. Keberadaan Pura Uluwatu kini menjadi salah satu tempat yang sangat dihormati dan dikunjungi oleh umat Hindu serta wisatawan dari seluruh dunia, yang datang untuk merasakan kedamaian dan keindahan alam sekitar pura tersebut.
Pura Luhur Uluwatu terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pura ini berada di atas tebing tinggi yang menghadap ke Samudra Indonesia dengan ketinggian sekitar 79 meter dari permukaan laut. Luas area pura ini mencapai 5.000 m².
Tata letak pura ini mengikuti konsep Tri Mandala, yang membagi kawasan pura menjadi tiga bagian penting. Konsep ini bertujuan agar pura bisa berfungsi sebagai tempat suci yang mendukung kesejahteraan spiritual umat Hindu. Bentuk pura terlihat meruncing dari halaman luar ke halaman utama, dengan halaman luar yang lebih lebar dibandingkan halaman tengah dan utama. Ukuran dari setiap area pura adalah sebagai berikut:
Halaman luar (Jaba Area): panjang 13,25 meter, lebar 12,43 meter.
Halaman tengah (Jaba Tengah): panjang 35,54 meter, lebar 9,20 meter.
Halaman utama (Jeroan): panjang 28,30 meter, lebar 8,10 meter.
Untuk masuk ke pura, pengunjung melewati dua pintu, yaitu pintu utara dan selatan. Di depan pintu ada gerbang batu yang dihiasi dengan patung-patung pria berkepala gajah sebagai penjaga pura. Di depan gerbang, ada relief batu yang menggambarkan pola daun dan bunga. Setelah melewati gerbang, pengunjung akan menaiki anak tangga batu yang mengarah ke area dalam pura. Sepanjang tangga, ada pepohonan yang memberikan suasana teduh dan nyaman.
Pura Uluwatu terletak di atas tebing yang menghadap Samudra Indonesia, memberikan pemandangan alam yang luar biasa, serta menambah keindahan dan kedamaian bagi para pengunjung yang datang.
Tari Kecak dan Pengalaman Menonton di Pura Uluwatu
Di Pura Uluwatu, selain menikmati pemandangan matahari terbenam yang memukau dengan latar belakang laut yang indah, pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan Tari Kecak dan Api. Pertunjukan ini diadakan di sebuah teater terbuka yang terletak tidak jauh dari pura, dengan pemandangan yang menghadap langsung ke laut dan pura. Menonton Tari Kecak di sini memberikan pengalaman yang luar biasa, karena selain menikmati tarian yang memukau, Anda juga dapat menyaksikan keindahan matahari terbenam yang menambah suasana magis di sekitar pura. Ini adalah kesempatan untuk menikmati tiga hal menakjubkan sekaligus: Pura Uluwatu, matahari terbenam, dan Tari Kecak.
Tari Kecak di Pura Uluwatu menceritakan kisah legendaris dari Ramayana, di mana Hanuman berusaha membebaskan Sinta yang diculik oleh Rahwana. Durasi pertunjukan ini sekitar satu jam dan sangat menghibur, mengisahkan cerita klasik dengan gerakan yang enerjik dan penuh semangat. Untuk menikmati pertunjukan ini, sangat disarankan untuk datang lebih awal karena pertunjukan ini selalu ramai dan tiketnya sering terjual habis.
Waktu Terbaik untuk Mengunjungi Pura Uluwatu
Waktu terbaik untuk mengunjungi Pura Uluwatu adalah menjelang matahari terbenam, karena selain pemandangan yang menakjubkan, pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan Tari Kecak yang digelar setiap hari di panggung yang terletak di puncak tebing, dari pukul 18:00 hingga 19:00. Sebelum memasuki kawasan pura, pengunjung diwajibkan mengenakan pakaian yang pantas, seperti kain sarung dan selempang, yang dapat disewa di lokasi. Untuk kenyamanan, pengunjung disarankan untuk menggunakan transportasi pribadi atau taksi karena tidak ada transportasi umum menuju ke pura ini. Jika Anda tidak ingin terburu-buru, Anda bisa memilih paket tur setengah hari yang mencakup perjalanan ke Pura Uluwatu dan menonton Tari Kecak. Kami juga menawarkan fasilitas sewa mobil dengan pengemudi berpengalaman, sehingga Anda bisa menikmati perjalanan lebih santai dan nyaman.






