green mountain under white sky during daytime

Pura Ulun Danu Batur

Pura Ulun Danu Batur adalah tempat ibadah yang sangat penting di Bali, Indonesia, yang didedikasikan untuk menghormati sumber air utama. Terletak di kawasan yang dianggap spiritual, yang dikenal sebagai Batur, Pura Ulun Danu Batur memiliki nama yang bermakna dalam bahasa Bali: 'Pura' berarti kuil, 'Ulun' merujuk pada sumber utama, 'Danu' berarti air, dan 'Batur' mengacu pada gunung dan wilayah yang dianggap suci.

Candi yang dibangun pada abad ke-17 ini menghadap ke arah utara pulau Bali. Kompleks pura ini memiliki sembilan bangunan yang masing-masing didedikasikan untuk dewa-dewi utama dalam kepercayaan Hindu Bali. Pura Ulun Danu Batur memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan spiritual di pulau ini.

Sejarah Pura Batur

Pura Batur adalah salah satu pura yang sangat penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali, terutama bagi umat Hindu. Berdasarkan peninggalan lontar suci Bali, Pura Batur merupakan salah satu dari sad khayangan jagat atau enam kelompok pura suci yang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan Pulau Bali. Pura ini juga dikenal sebagai pura Kayangan Jagat, yang berarti pura yang disucikan oleh masyarakat umum.

Menurut lontar-lontar yang ada, seperti lontar Widhi Sastra, Raja Purana, dan Babad Pasek Kayu Selem, Pura Batur didirikan untuk menghormati Dewi Danu, Dewi Kesuburan dan Dewi Air Danau. Dalam legenda yang tercatat dalam lontar Usaha Bali, yang disimpan di pura tersebut, dikisahkan asal-usul Dewi Danu dan Gunung Batur.

Legenda tersebut mengisahkan bahwa pada suatu malam, Dewa Margasari Pasupati (Syiwa) memindahkan puncak Gunung Mahameru dari India dan membaginya menjadi dua bagian. Bagian yang dibawa dengan tangan kanan menjadi Gunung Agung, tempat singgasana bagi putranya, Dewa Putranjaya (Mahadewa Siwa), sedangkan bagian yang dibawa dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur, tempat singgasana bagi Dewi Danu, Dewi Danau Air.

Gunung Batur, yang merupakan gunung terbesar kedua di Bali, memiliki dua unsur simbolik yang sangat penting dalam ajaran Hindu Bali: Purusa (laki-laki) dan Pradana (perempuan), yang menggambarkan keseimbangan dalam manifestasi Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).