green mountain under white sky during daytime

Pura Kehen

Pura Kehen, yang terletak di Bangli, Bali, bukan hanya terkenal karena letaknya yang berada di daerah dengan suhu dingin, tetapi juga karena keindahan arsitekturnya yang unik. Pura ini berdiri di dataran tinggi, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan menakjubkan dari Desa Cempaga yang ada di sekitarnya. Keindahan alam dan arsitektur yang khas menjadikan kunjungan ke Pura Kehen sangat memuaskan, tidak hanya dari sisi budaya, tetapi juga pemandangan yang ditawarkan.

Berbeda dengan kebanyakan pura di Bali yang memiliki Candi Bentar sebagai pintu gerbang utama, Pura Kehen memiliki pintu masuk yang berbentuk candi kurung. Sebelum memasuki pura, pengunjung akan melewati deretan anak tangga yang dihiasi dengan patung-patung prajurit yang gagah dan kokoh di kedua sisinya. Bahkan di sekitar gapura, terdapat ukiran dan patung-patung Bali yang memperlihatkan keindahan seni lokal yang luar biasa. Pura Kehen memang menawarkan pengalaman yang berbeda, menggabungkan pesona budaya dan keindahan alam yang luar biasa.

Sejarah Pura Kehen

Begitu memasuki area Pura Kehen, salah satu hal yang menarik perhatian adalah pohon beringin yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar. Konon, pohon beringin ini memiliki keistimewaan sebagai penanda adanya musibah atau "grubug" dalam bahasa Bali. Jika salah satu cabangnya patah, itu dipercaya sebagai tanda akan terjadinya peristiwa buruk. Arah patahnya cabang pohon beringin pun diyakini dapat menunjukkan siapa yang akan terkena musibah.

Sebagai contoh, jika cabang pohon beringin patah ke arah timur laut, biasanya akan ada kabar kematian seorang raja. Jika patah ke arah barat daya, malapetaka dipercaya akan menimpa seorang pendeta. Sementara itu, patahan yang mengarah ke timur laut atau tenggara biasanya dianggap sebagai tanda musibah yang akan menimpa masyarakat biasa. Kepercayaan ini menambah nilai mistis dan keunikan dari Pura Kehen.

Selain pohon beringin, Anda juga akan menemukan berbagai pelinggih di area pura. Seperti halnya pura-pura lainnya di Bali, pelinggih digunakan untuk memuja para dewa atau tokoh suci yang dihormati oleh umat Hindu. Setiap pelinggih memiliki jumlah meru yang berbeda, mulai dari satu hingga sebelas, sebagai simbol kesucian dan kedekatan dengan alam spiritual. Jika berkunjung pada waktu yang tepat, Anda bisa melihat umat Hindu melakukan doa dan membawa sesaji ke pelinggih sebagai bagian dari ritual mereka.

Jika Anda berniat untuk menyaksikan upacara keagamaan di Pura Kehen, pastikan untuk memeriksa jadwalnya terlebih dahulu. Upacara besar di pura ini hanya diadakan tiga hingga enam bulan sekali. Namun, jika Anda berkunjung di luar waktu tersebut, Anda masih bisa melihat umat Hindu melakukan upacara rutin mereka. Pura Kehen buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WITA. Sebagai bagian dari etika, disarankan untuk membawa kain dan selendang untuk menutupi tubuh saat berkunjung, serta menghindari datang pada saat menstruasi bagi wanita.

Rp. 10.000