green mountain under white sky during daytime

Desa Tenganan

Desa Tenganan adalah salah satu desa adat yang kaya akan sejarah dan budaya di Bali, terletak di Kabupaten Karangasem, bagian timur pulau Bali. Desa ini dikenal sebagai bagian dari komunitas Bali Aga, sebuah kelompok masyarakat Bali yang mempertahankan tradisi dan gaya hidup yang telah ada sejak zaman prasejarah. Tenganan Pegringsingan, nama lainnya, memiliki keunikan dalam pola kehidupan sosial dan budaya yang masih terjaga hingga kini, yang membedakannya dengan desa-desa lainnya di Bali.

Sebagai salah satu desa adat tertua di Bali, Tenganan menawarkan berbagai daya tarik bagi para pengunjung yang tertarik untuk melihat lebih dekat warisan budaya Bali yang asli. Desa ini terkenal dengan kerajinan tangan, seperti tenun Gringsing yang sangat jarang ditemukan di tempat lain, serta upacara adat yang masih dilakukan dengan penuh kekhidmatan. Berkunjung ke Desa Tenganan memberikan kesempatan untuk merasakan kehidupan yang tak lekang oleh waktu, serta menikmati keindahan alam dan budaya yang autentik.

Rumah adat di Desa Tenganan memiliki ciri khas yang sangat berbeda dibandingkan dengan rumah-rumah pada umumnya di Bali. Perbedaan ini terutama terlihat pada pembagian ruang yang mengikuti konsep Sanga Mandala, yaitu pembagian ruang rumah menjadi sembilan bagian yang mencerminkan hierarki dan filosofi Bali. Konsep ini terkait erat dengan orientasi alam, seperti hubungan antara gunung dan laut serta arah matahari terbit dan terbenam. Hal ini mengarah pada pembagian ruang rumah yang memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam.

Di Desa Tenganan, rumah adat umumnya terdiri dari empat bangunan utama yang masing-masing memiliki fungsi dan posisi yang sangat spesifik dalam kehidupan masyarakat setempat:

  1. Bale Buga
    Bale Buga adalah bangunan yang digunakan untuk upacara keagamaan. Posisi bangunan ini sangat strategis karena biasanya terletak dekat dengan jalan utama atau awangan, yang dianggap sebagai area sakral. Atap Bale Buga terbuat dari bahan alami seperti daun kelapa atau ijuk, yang menambah kesan tradisional dan alami. Terdapat dua tipe penataan Bale Buga, yaitu tipe Jelanan Awangan yang menyatu dengan pintu masuk, dan tipe Kori Ngeleb yang terpisah.

  2. Bale Tengah
    Bale Tengah terdiri dari dua ruang yang memiliki fungsi khusus. Salah satu ruang digunakan untuk upacara kematian, sementara ruang lainnya digunakan untuk menempatkan bayi yang baru lahir. Pembagian fungsi ini menunjukkan pentingnya ruang dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Tenganan.

  3. Bale Meten
    Bale Meten lebih bersifat profan dan fleksibel. Bangunan ini digunakan sehari-hari sebagai ruang tamu atau kamar tidur. Namun, saat ada upacara pernikahan, salah satu ruangan di Bale Meten juga akan digunakan untuk ritual khusus. Bale Meten ini menggambarkan keseimbangan antara kehidupan sehari-hari dengan aspek-aspek ritual yang ada dalam budaya Tenganan.

  4. Paon atau Dapur
    Dapur dalam rumah adat Tenganan memiliki fungsi yang sangat penting, bukan hanya untuk kegiatan memasak, tetapi juga terkait dengan upacara tertentu. Dapur ini dilengkapi dengan tungku jalikan, yang digunakan dalam beberapa ritual khusus. Di sebelah selatan dapur, biasanya terdapat kamar mandi, yang juga dipengaruhi oleh tata ruang tradisional yang mengutamakan keseimbangan dan kesakralan.

Dengan struktur dan pembagian ruang yang sangat terorganisir ini, rumah adat di Desa Tenganan tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritual yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.

Kerajinan Tenun Pegringsingan di Desa Tenganan adalah salah satu keunikan budaya Bali yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tenun ini dikenal dengan nama Pegringsingan, yang berasal dari kata geringsing, yang secara harfiah berarti "tidak sakit", sebuah simbol yang dianggap dapat mengusir energi negatif atau kejahatan. Kain tenun ini memiliki nilai spiritual yang sangat mendalam bagi masyarakat Desa Tenganan, dan menjadi ciri khas yang membedakan desa ini dari desa-desa lain di Bali. Desa Tenganan Pegringsingan pun menjadi sebutan yang semakin populer karena kerajinan ini hanya ditemukan di desa ini, menjadikannya unik di seluruh Bali.

Proses pembuatan tenun Pegringsingan sangatlah rumit dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan bisa mencapai 3 hingga 6 bulan untuk menyelesaikan satu kain, tergantung pada kerumitan motifnya. Beberapa kain dengan motif lebih kompleks dapat memakan waktu hingga satu tahun. Proses ini memerlukan ketelitian, keterampilan, dan kesabaran tinggi, yang membuat setiap helai kain tenun ini menjadi karya seni yang sangat berharga. Oleh karena itu, harga kain tenun Pegringsingan pun cukup mahal, tetapi hal ini sebanding dengan kualitas dan keindahan yang dihasilkan.

Masyarakat Desa Tenganan sangat bangga dengan kerajinan ini, dan seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, banyak penduduk yang kini beralih profesi menjadi pengrajin tenun. Anda akan melihat banyak rumah di Desa Tenganan yang memiliki usaha rumah tangga untuk membuat tenun Pegringsingan, dengan berbagai motif yang memikat dan harga yang mencerminkan kualitas serta proses pembuatannya yang panjang. Meskipun harganya relatif mahal, kain tenun ini tetap menjadi incaran wisatawan mancanegara yang tertarik dengan keunikan budaya Bali.

Tenun Pegringsingan bukan hanya sekadar kain, tetapi juga memiliki fungsi ritual yang penting dalam berbagai upacara keagamaan, seperti upacara potong gigi (metatah) dan pernikahan. Proses pewarnaannya menggunakan bahan alami, termasuk minyak kemiri, yang memberi warna khas yang tahan lama dan pekat. Teknik tenun Pegringsingan menggunakan teknik ikat ganda, yang membuat kain ini semakin istimewa dan sulit ditiru. Ini menjadikannya salah satu warisan budaya yang sangat berharga, yang tetap lestari hingga kini.

Selain menjadi simbol kebudayaan, kain tenun Pegringsingan juga telah diakui di dunia internasional. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali tahun 2022, tenun Pegringsingan menjadi salah satu cinderamata yang diberikan kepada para peserta, memperkenalkan keindahan serta keunikan kerajinan ini ke mata dunia.

Bagi perekonomian masyarakat setempat, kerajinan tenun Pegringsingan telah menjadi sumber pendapatan yang penting. Aktivitas ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi warga desa, sekaligus melestarikan warisan budaya Bali yang tak ternilai harganya.

Desa Tenganan, yang dikenal sebagai desa Bali Aga, memiliki kekhasan budaya yang sangat berbeda dengan pengaruh kerajaan Majapahit yang masuk ke Bali. Keunikan ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat, termasuk dalam tradisi dan adat istiadatnya. Salah satu tradisi yang paling mencolok di desa ini adalah Tari Perang Pandan, yang dikenal dengan nama Mekare-Kare. Tari ini merupakan sebuah ritual perang simbolis yang sangat khas dan jarang ditemukan di tempat lain.

Pada saat Mekare-Kare, para pemuda desa Tenganan akan saling berhadapan dalam perkelahian yang melibatkan daun pandan tajam, yang mereka gunakan sebagai senjata. Mereka juga mengenakan pelindung tubuh berupa perisai yang terbuat dari anyaman rotan untuk melindungi diri. Perang ini bukan sekadar pertarungan fisik, melainkan bagian dari prosesi upacara adat yang disebut Usaba Sambah, yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Tenganan.

Selama berlangsungnya perang pandan ini, suasana akan semakin meriah dengan iringan musik gamelan seloding, yang menambah semangat para peserta dan penonton. Meskipun terlihat seperti festival penuh semangat, Mekare-Kare sebenarnya adalah bentuk penguatan ikatan sosial dan budaya di antara warga desa, serta sarana untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan spiritual.

Tari Perang Pandan ini hanya diadakan sekali setahun, pada waktu tertentu yang sudah ditentukan dalam kalender adat desa. Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan tradisi yang luar biasa ini, penting untuk mengetahui jadwal pelaksanaannya, yang biasanya hanya dapat diketahui melalui informasi langsung dari pengurus desa. Tradisi Mekare-Kare adalah salah satu daya tarik unik yang menjadikan Desa Tenganan semakin dikenal sebagai destinasi budaya yang penuh warna dan tradisi yang tetap lestari.